Konservasi Tanah dan Air
KONSERVASI TANAH DAN
AIR SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKELANJUTAN
Tanah dan air merupakan dua
sumberdaya alam yang sangat penting sebagai penyokong kehidupan makhluk hidup
di dunia terutama manusia. Kedua sumber alam tersebut sangat mudah mengalami
kerusakan atau degradasi. Berbagai aktivitas manusia penyebab rusaknya
sumberdaya tersebut seperti aktivitas pertanian, rumah tangga, maupun industry
berperan besar dalam penurunan kualitas serta fungsi tanah dan air. Apabila
tanah dan air mengalami kerusakan maka penunjang kehidupan manusia pun akan
mengalami penurunan dan tidak akan produktif jika digunakan. Oleh karena itu
perlu upaya konservasi tanah dan air untuk menjaga kualitas tanah dan air
sehingga mampu menyokong kehidupan makhluk hidup secara berkelanjutan.
KERUSAKAN TANAH DAN BADAN AIR
Kerusakan tanah terjadi akibat (1)
Hilangnya unsur hara dan bahan organic di daerah perakaran, (2) terakumulasinya
garam di daerah perakaran (salinisasi), terakumulasinya unsur beracun bagi
tanaman, (3) penjenuhan tanah oleh air (water logging) dan (4) erosi. Kemampuan
tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman akan berkurang apabila kerusakan
tanah oleh satu atau lebih proses tersebut terjadi (Riquir, 1977)
Kerusakan sumber air terjadi berupa
hilangnya atau mengeringnya mata air berhubungan erat dengan peristiwa erosi.
Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh kandungan sedimen dan unsur yang
terbawa masuk oleh air yang bersumber dari erosi, tercuci oleh air hujan dari
lahan-laha pertanian, atau bahan dan senyawa dari limbah industry atau limbah
pertanian. Peristiwa ini disebut dengan polusi air. Masuk dan mengendapnya
sedimen di dalam air secara berlebihan akan menyebabkan pedangkalan dan
memungkinkan terjadinya banjir akibat berkurangnya daya tampung air. Sedangkan
masuknya unsur hara ke badan air menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang merupakan meningkatnya unsur hara dalam air
sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman air dan mikroba. Eutrofikasi menyebabkan menurunnya fungsi badan air seperti ikan,
alur transportasi, dan sumber air untuk konsumsi dan irigasi.
DAMPAK EROSI
Erosi merupakan peristiwa hilangnya
atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau
angin. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa
kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan
bahan organic, dan mengikatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya
kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari
peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian
air bawah tanah. Tentunya akibat perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat
erosi maka terjadi pula kemerosotan produktivitas tanaman.
Gambar 1.
Contoh Tanah Erosi di kampus Unpad Jatinangor
Tanah yang tererosi terangkut
aliran permukaan yang akan diendapkan di tempat- tempat yang alirannya melambat
atau berhenti di dalam berbagai badan air seperti sungai, saluran irigasi,
waduk, danau atau muara sungai. Endapan tersebut menyebabkan pendangkalan pada
badan sungai dan akan mengakibatkan semakin sering terjadi banjir dan semakin
dalam banjir yang terjadi. Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah
menyebabkan berkurangnya pengisian kembali air bawah tanah yang berakibat tidak
ada air masuk ke sungai pada musim kemarau. Dengan demikian peristiwa banjir di
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau merupakan peristiwa lanjutan yang
tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Selain itu peristiwa tercucinya unsur
hara yang menyebabkan eutrofikasi menjadi salah satu penyebab lain dari proses
erosi.
TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR UNTUK MENGATASI BANJIR DAN KEKERINGAN
Masalah konservasi tanah adalah masalah
menjaga agar tanah tidak terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah
aliran permukaan agar tidak terjadi pengangkutan tanah. Berdasarkan asas ini
ada 3 cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah dengan
tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tumbuhan agar terlindung dari daya perusak
butir butir hujan yang jatuh (2) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar
resisten terhadap daya penghancuran agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan
pengangkutan oleh aliran permukaan dan lebih besar dayanya untuk menyerap air
di permukaan tanah dan (3) mengatur aliran permukaan agar mengalir dengan
kecepatan yang tidak merusak dan memeperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam
tanah.
Metode konservasi tanah dan air
dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu (1) metode vegetative (2) Metode
mekanik (3)metode kimia.
1.
Metode Vegetative
Metode
vegetative merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian bagian
tumbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh,
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi
erosi tanah. Dalam knservasi tanah dan air metode vegeatif mempunyai fungsi
melindungi tanah terhadap daya perusak butir butir hujan yang jatuh dan
melindungi tanah terhadap daya perusak air yang mengalir di permukaan tanah
serta memperbaiaki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung
mempengaruhi besarnya aliran permuakaan.
Metode
vegetative dalam konservasi tanah meliputi penanaman dalam strip, penggunaan
sisa tanaman, geotekstil, strip tumbuhan penyangga, tanaman penutup tanah,
pergiliran tanaman, agroforestry.
Gambar
2. Tanaman Penutup Tanah Pada Lahan Perkebunan
2.
Metode Mekanik
Metode
mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi
untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air
ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Meode
mekanik dalam konservasi tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan tanah
menurut kontur, guludan dan guludan bersaluran menurut kontur, parit pengelak,
teras, dam penghambat, waduk, tanggul, kolam atau balong, rorak, perbaikan
drainase dan irigasi dll.
Gambar
3. Terasering pada lahan sawah di daerah Bali.
3.
Metode Kimia
Merupakan penggunaan
preparat kimia baik berua senyawa sintetik maupun berupa bahan alami yang sudah
diolah, dalam jumlah yang relatis sedikit untuk meningkatkan stabilitas agregat
tanah dan mencegah erosi. Misalnya salah satu usaha dalam penggunaan senyawa
organic sintetik sebagai soil conditioner dilakukan oleh van Bavel (1950), yang
menyimpulkan bahwa senyawa organic sintetik tertentu dapat memperbaiki
stabilitas agregat tanah terhadap air secara efektif.di antara beberapa macam
bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl dichlorosilane dan
methyl-tricholorosilane yang dinamakan MCS. Bahan kimia ini berupa cairan yang
mudah menguap dan gas yang terbentuk bercampur dengan air tanah. Senyawa ini
terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
Berbagai metode mampu diterapkan
dalam konservasi tanah dan air. Dengan teknik tersebut diharapkan tingkat erosi
dapat diminimalkan bahkan dicegah. Tentunya dengan menjaga lingkungan menjadi
kunci utama dalam pelestarian sumber daya alam khususnya tanah dan air sehingga
tanah dan air dapat dimanfaatkan dengan baik oleh makhluk hidup serta siklus
hidrologi yang terus berlangsung.
Sumber:
Sitanala, Arsyad. 2010. KONSERVASI TANAH DAN AIR. IPB press: Bogor.
Riquier, J. 1977. Philosophy of the world Assessment of Soil
Degradation and Items for Discussion. FAO Soils Bull, Rome.
Gambar diambil dari www.google.com pada tanggal 23 Juli 2012
0 komentar: